PENGORBANAN SANG KAKAK
By
Unknown
CERITA
0
komentar
Cerita by HILMY Lilhero
At 2012
Sebuah keluarga kecil di perkampungan terpencil, Ibu Alfi adalah
single parents, karena telah ditinggal suaminya, mereka telah bercerai
karena permasalahan terntentu. Karena hal itu, Ibu Alfi harus menghidupi
kedua anaknya. Hilmy anak pertamanya yang saat ini dia bersekolah di
SMA. Dia bisa sekolah karena mendapatkan Beasiswa. dan Acep anak bungsu
dari Ibu Alfi, dia masih bersekolah kelas 6 SD.
Sebuah Keluarga yang hidup dalam keluarga pas-pasan, bahkan lebih
banyak kekurangannya. Tidak jarang kedua kakak beradik ini saling
mengalah. Kalau hari ini kakaknya mengalah tidak kebagian jatah, besok
adiknya yang mengalah demi kakaknya. Tidak ada iri hati dan tidak ada
kebencian. Kebahagiaan adik adalah kebahagiaan kakak.
Hari itu, Hilmy dan Acep sedang bermain bersama. Tidak sengaja ,
Hilmy menyenggol kacamata mamahnya yang di taruh diatas meja, tejatuh
dan…
“prak’, pecah. Keduanya saling pandang dan bungkam, tidak ada kata
tuduhan dan tidak ada kalimat yang saling menyalahkan. Mereka kompak,
diam dan tidak memberi tahukan kepada mamanya.
Ibu Alfi masuk dan mendapati kacamatanya sudah pecah. Ibu Alfi yakin
salah satu di antara kedua anaknya yang menjatuhkan kacamata
kesayangannya. Keduanya hanya membisu saat ditanya.
“Hilmy, kamu yang menjatuhkan kacamata mama?”, Bentak Bu Alfi kepada
anak pertamannya itu. Hilmy diam menunduk mengarahkan matanya ke lantai
dengan ketakutan.
“Acep, Kamu yang menjatuhkan kacamata mama?”, giliran Acep yang
mendapatkan hardikkan mamanya, Acep pun hanya terdiam, sembari menggigit
bibirnya.
“Kacamata ini tidak mungkin terjatuh sendiri tanpa ada yang
menjatuhkan, Kalau tidak ada yang mengaku semua akan mama hukum lebih
berat”.Ibu ALfi mengancam supaya ada yag mengaku. Mereka berdua sadar,
meskipun mengaku tetap akan dihukum, karena sudah tahu kebiasaan
mamanya. Mamanya memang sedikit lebih galak kepada Kedua anaknya setelah
ditinggalkan oleh papa mereka.
Mendengar ancama mamanya, Acep langsung angkat bicara.
“Maafkan Acep mama, Acep yang menjatuhkan kacamata mama”,
Acep mengambil alih tanggung jawab kakaknya demi melindungi kakak
yang sangat dia kasihi. Dia tahu konsenkuensi apa yang aka diterima dari
mamanya.
“Acep, Buka tangannya, maju kemari…!”, perintah Ibu Alfi yang sudah
siap memegang pecahan bambu. Dan “Bug.. bug .. bug” Kayu itu mendarat
bertubi-tubi di telapak tangan Acep. Mata Acep meneteskan air mata,
mulutnya merintih menahan sakit.
Hilmy tidak tahan melihat mamanya memukuli adiknya. Dia hanya bisa
menahan tangis dan lari ke kamarnya. Di dalam kamar, ia tumpahkan
tangisnya. Ada rasa bersalah yang tak mungkin dimaafkan oleh adiknya.
Ada sesal yang tak mungkin bisa dikembalikan. Mengapa harus adiknya yang
menanggung, padahal dirinya yang telah melakukan. Hilmy merasa telah
berbuat kesalahan dan mementingkan diri sendiri. Seharusnya, seorang
kakak melindungi adiknya, tapi kenapa justru adik yang menyelamatkan
kakaknya dan terpaksa mengambil alih tanggung jawab kakaknya.
Sejak saat itulah, Hilmy Berjanji pada dirinya sendiri akan berbuat
apa saja untuk adiknya agar kelak menjadi orang yang sukses, berhasil,
mengangkat harkat martabat orang tuanya, dibaggakan oleh seluruh
keluarganya.
***
Waktu terus berjalan. Acep telah lulus SD. Acep berhasil mendapatkan
NEM yang membanggakan. Seharusnya Acep diterima di SMP yang menjadi
idaman semua siswa. Ibu Alfi dan Hilmy merasa gembira, Acep lulus SD.
Tetapi kegembiraan itu pupus setelah menyadari betapa tingginya biaya
pendidikan. Dan Hilmy lulus dari SMK dengan NEM yang sama
membanggakannya, dia sangat berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya
ke Universitas yang besar. Tapi bagaimana bisa Ibu Alfi menyekolahkan
kedua anaknya, sementara perekonomian keluarga lebih banyak kurangnya
daripada pasnya. Lagi-lagi kedua kakak beradik itu diuji kebersamaan dan
kasih sayangnya.
Mulanya sang adik bersihkeras mengalah demi kakaknya, agar dapat
melanjutkan ke Universitas yang sangat diinginkan kakaknya itu. Dia
memilih tidak meneruskan sekolah, dia lebih memilih membantu
perekonomian keluarganya, agar kakaknya bisa sekolah.
Kini Acep sudah duduk dibangku SMP. Biaya pendidikan bisa
ditanggungi, apalagi Hilmy ikut bekerja menghidupkan keluarga ini.
Masalahnya, sesudah tamat SMP, Acep harus melanjutkan ke SMA. Masih
mampukah keluarga ini membiayai pendidikan Acep sampai tingkat
selanjutnya.
“Kak Hilmy, Acep sekolahnya sampai SMP saja ya”, Acep menyampaikan
keinginan itu kepda kakaknya. Dia cukup memaklumi kondisi keluarga.
Tetapi Hilmy tidak menanggapinya, justru memberi motivasi dan
mendorongnya untuk terus bisa melanjutkan sekolahnya.
“Acep, kamu harus terus bisa sekolah sampai SMA, kakak akan usahakan
demi kamu, malahan kamu harus terus melanjutkan sampai perguruan tinggi.
Kakak akan bekerja keras supaya kamu masih tetap sekolah” Hilmy
meyakinkan adiknya.
“Tapi kak.. Bukannya kakak juga ingin kuliah?”
“yang penting itu kamu, kakak akan melakukan apa saja untuk kamu dek.
Biarlah mimpi kakak tertunda. Kakak ingin kamu menjadi orang hebat
kelak, dan menjadi kebanggaan mama dan kakak.” Hilmy semakin meyakinkan
acep agar kelak menjadi orang hebat.
“Acep sayang kakak, kakak adalah kakak terbaik didunia, Acep gak mau
kehilangan kakak. Aku janji kak, aku akan sekolah yang bener dan bisa
melanjutkan ke perguruan tinggi. Aku akan jadi adik kebanggaan kakak.”
Terang Acep sembari meneteskan air mata dipundak kakaknya.
“Nah itu baru Acep Zam-Zam Apriliawan adiknya kakak, kakak bangga
padamu. Kakak yakin kamu bisa, dan semua impian Acep akan tergapai”,
Hilmy seraya membelai lembut adiknya.
***
Ternyata mencari kerja di kota tidak mudah. Dia mondar-mandir kota
Jakarta demi membiayai sekolah adiknya dengan Ijazah SMA nya. Melamar
kerja kesana-kemari, mengadu nasib di kota metropolitan. Lelah terasa
selama 3 Minggu dia masih belum mendapatkan pekerjaan, dia merasa putus
asa, dalam batinnya bergumam “Bagaimana aku bisa menyekolahkan adikku?”,
dalam hatinya hanya adiknya.
Uang tabungan yang sengaja dia menabung untuk bekal di Jakarta sudah
habis, dia semakin putus asa dan bingung harus bagaimana?. Tapi
semangatnya tidak pernah habis, hanya satu motivasinya, dia terus
mengucap “Acep, Demi Acep MI” dalam hatinya. Sampai sore haripun dia
masih belum mendapatkan pekerjaan, Hilmy pun memutuskan untuk pulang ke
kontrakannya yang masa kontraknya besok sudah habis. Di tengah
perjalanan dia merasa lelah dan memutuskan untuk istirahat sejenak
disebuah kursi di sebuah taman kecil. Dia mengusap keringat dingin di
keningnya, menyimpan tas disampingnya. Dia melirik ke seluruh arah taman
yang sangat sepi ini, di pojok taman Nampak seorang lelaki tua berumur
sekitar 75 tahun.
Hilmy segera menghampiri kakek yang sedang kebingungan itu.
“Kakek, namanya siapa dan mau kemana?” Tanya Hilmy penasaran.
“Kakek gak tahu nak, kakek ingin pulang nak. Tapi kakek harus pulang kemana” jawab kakek kebingungan.
“Nampaknya Kakek ini sudah pikun atau hilang ingatan” gumam Hilmy
dalam hati. Karena merasa kasihan pada kakek itu, Hilmy memutuskan untuk
membawa pulang kakek itu ke kontrakannya. Hilmy terus mencari identitas
kakek tersebut, dengan cara sedikit mengintrogasi kakek itu. Namun
kakek itu tidak ingat identitasnya.
Sudah sebulan Hilmy merantau di Jakarta, tapi belum mendapatkan
hasil, dia belum bisa mengirim uang ke kampung untuk adiknya. Kini beban
Hilmy semakin bertambah dengan hadirnya Kakek itu, tapi Hilmy tidak
merasa risih, dan dia merasa senang karena ada yang menemaninya. Dan
hadirnya kakek itu membuat Suasana lebih cerah, karena kakek ini pintar
melawak.
Ibu kontrakan sudah menagih uang kontrakan dengan galaknya. Sementara
Hilmy sudah tidak memiliki uang lagi, uang simpanannya sudah habis.
Hilmy pun semakin bingung, tapi bukan Hilmy sang pemimpi jika harus
berhenti sampai disini. Hilmy tetap semangat mencari pekerjaan demi
menghidupi dirinya dan kakek di Jakarta serta menyekolahkan adiknya yang
menjadi pilihan utama. Dengan Kegigihannya, Akhirnya Hilmy pun
mendapatkan pekerjaan sebagai Pelayan disebuah Café. Hilmy bisa mulai
bekerja besok. Dan Hilmy pun segera pulang ke kontrakan dengan langkah
tergesa, tidak sabar ingin memberitahukan kepada keluarga dirumah, dan
kakek.
“Kakek, akhirnya aku dapat pekerjaan kek”, teriak Hilmy sembari
membuka pintu kontrakannya. Tapi kesenangan Hilmy buyar, setelah melihat
kakek tak sadarkan diri. Sepertinya kakek terjatuh dan pingsan. Dengan
bantuan tetangga kakek dilarikan ke rumah sakit terdekat. Disaat sampai
dirumah sakit, kakek langsung dibawa oleh suster keruang UGD. Ditengah
perjalanan tempat tidur yang bisa didorong itu, “Kakek? Papa itu kakek”
teriakan seorang anak kecil sembari menunjuk kearah kakek yang sedang
dilarikan ke UGD.
“Maafin Andri pak, Andri janji gak akan menyia-nyiakan bapak lagi”
Tiba-tiba seorang Bapak-bapak berpakaian rapi seperti orang kantoran
menghampiri Kakek dan memeluknya. Sepertinya orang tersebut adalah
keluarganya kakek. Setelah Kakek sadar, Kakek menceritakan semuanya pada
Hilmy, Bahwa dia memang pura-pura hilang ingatan dan kabur dari
rumahnya. Karena dirumahnya dia merasa kesepian. Karena Pak Andri anak
satu-satunya sibuk dengan pekerjaan dan cucunya. Hari sudah malam, Hilmy
putuskan untuk pulang ke kontrakannya. Dan Besok Hilmy sudah mulai
bekerja.
Keesokan harinya, “kukukuuukk” suara klakson mobil membangunkan tidur
lelap Hilmy, Hilmy langsung mengecek keluar. Ternyata Kakek dan Pak
Andri yang sengaja mampir kerumah Hilmy.
“Terimakasih sudah menolong ayah saya, kalau gak ada kamu mungkin
ayah saya…” Ucapan terima kasih Pak Andri kepada Hilmy, yang disambut
senyum olehnya.
“Sebagai tanda terima kasih saya, saya akan membiayai semua biaya
adik anda sampai tuntas, sampai sarjana” Pernyataan yang membuat Hilmy
tersentak kaget, sepertinya Kakek memberitahukan semua tentang Hilmy
pada pak Andri. Dulu Hilmy memang menceritakan kehidupannya kepada
kakek, dan tujuan utamanya mereantau ke Jakarta.
“Tidak usah pak, saya Ikhlas menolong kakek” Tolak Hilmy
“Ayolah Hilmy, kamu jangan menolak rezeki yang dari dulu kamu
inginkan” Potong kakek, Akirnya Hilmy menerima bantuan dari Pak Andri.
Dan merasa tidak menyangka dengan semua yang terjadi. Sujud Syukur tanda
terima kasih Hilmy kepada Allah, yang telah mewujudkan keingiinannya.
***
Tidak sia-sia perjuangan Hilmy, Acep telah mampu menempuh
pendidikannya tepat waktu, berhasil Lulus SMA. Acep menjadi Siswa dengan
NEM tertinggi disekolahnya, dan mendapatkan penghargaan. Serta Beasiswa
untuk melanjutkan kuliah di Universitas Besar di Indonesia.
Acep tak kuasa menahan tangis ketika disebut namanya, disaat
Kelulusan. Air matanya terus mengalir dan dadanya sesak menahan
keharuan. Segera dia berlari meninggalkan panggung kehormatan mencari
Hilmy, diantara kerumunan orang banyak.
Semua perhatian orang tertuju padanya, ada keheranan karena upacara
belum selesai. Ada yang berlari dibelakangnya, takut terjadi sesuatu.
Hilmy ditemukan di deretan paling belakang. Lalu di peluk dengan erat
kakak kebanggaannya. Keduannya terlibat dalam keharuan, tak bisa
berkata-kata, selain isak tangis dan sesenggukan.
Disitulah,Acep menyatakan bahwa keberhasilannya milik Hilmy,
kakaknya. Tidaklah sebanding perjuangan kakaknya dengan secuil kertas
sertifikat Ijazah yang diterima. Terlalu tinggi nilai-nilai kasih sayang
dan persaudaraan seorang kakak kepada adiknya.
Hilmy melupakan mimpinya untuk bisa kuliah, karena dia percaya
adiknya bisa merubah perekonomian keluarganya. Tapi tidak menjadikan
Acep sebagai punggung keluarga, Karena kini Hilmy sudah bekerja sebagai
pegawai HRD di kantornnya Pak Andri. Kini Impian Hilmy beralih Menjadi
“Ingin memberangkatkan mama Alfi ke Haji”.
The End…
0 komentar: